Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

New Articles

1 2 3 4 5 6 7 8

Rabu, 09 Juni 2010

Upaya Guru dalam Motivasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat dari para ahli yang memberikan pengertian tentang motivasi. Untuk memberikan gambaran mengenai pengertian motivasi, penulis memandang perlu mengkaji beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :

1. Pendapat yang dikemukakan oleh Mc. Sardiman (1986 : 73) menyebutkan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
2. Menurut Ngalim Purwanto (1990 : 61) “Motivasi atau dorongan adalah suatu penyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang”.
3. Pendapat Rochman Matawijaya (1985 : 46) menyebutkan bahwa “Motivasi adalah suatu proses untk menggiatkan motivatif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur perbuatan atau tingkah laku untuk memuaskan kebutuhan atau mencapai tujuan.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang disebabkan adanya rangsangan terhadap tujuan yang akan dicapai. Jadi, untuk dapat menimbulkan dorongan yang kuat dalam diri seseorang perlu adanya perangsang. Motivasi dapat disebut juga serangkaian usaha untuk menjadikan kondisi-kondisi tertentu untuk dapat merangsang seseorang melakukan sesuatu. Motivasi akan muncul dengan rangsangan dari luar, dapat pula tumbuh dari dalam diri seseorang.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kegiatan belajar untuk berlangsung terus dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar akan dapat tercapai.

Kemudian dalam hubungan dengan proses belajar mengajar, yang penting adalah bagaimana penciptaan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar, bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas dengan baik. Sardiman (1986 : 77) mengemukakan bahwa : “memberikan motivasi pada seorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”.

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Sardiman (1986 : 83) memaparkan ciri-ciri motivasi belajar yang ada pada diri setiap orang, sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang tekah dicapainya).
3. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap tindak kriminal amoral, dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan dengan tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau yakin akan sesuatu).
7. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Demikian ciri-ciri motivasi belajar, apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti telah memiliki motivasi belajar yang kuat. Dalam kegiatan (proses) belajar mengajar belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambata secara mandiri. Berbagai hal tersebut harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Perlu ditegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan, dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, Sardiman (1986 : 85) memaparkan tiga fungsi motivasi, yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerah atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi memberikan arah pada kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa akan menghadapi ujian dengan harapan akan lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu ada fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi belajar yang baik akan menunjukan hasil yang baik.

4. Jenis-jenis Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Hal ini dikarenakan motif-motif atau motivasi yang aktif itu sangat bervariasi, Sardiman (1986 : 88) membedakan motivasi belajar dengan motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.

Demikian pula ada beberapa ahli yang menggolongkan motivasi itu menjadi dua jenis, yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah misalnya : refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah yaitu kemauan.

5. Bentuk-bentuk Motivasi belajar di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, untuk itu guru perlu mengenal siswa dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat siswa. Dalam hal ini Sardiman (1986 : 91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa di sekolah, antara lain :

1. Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan siswa. Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, tetapi juga banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin naik kelas saja.

Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati. Oleh karena itu guru harus mencari solusi bagaimana cara memberikan angka yang terkait dengan nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan, sehingga tidak hanya nilai kognitif saja, melainkan juga keterampilan dan apektifnya.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut.

3. Saingan/Kompetisi

Saingan/Kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi belajar siswa. Persaingan antar individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Memberi Ulangan/Tes

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Yang harus diingat oleh guru jangan terlalu sering memberi ulangan, hendaknya bila akan ulangan harus diberitahukan terlebih dahulu.

5. Mengetahui Hasil

Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.

6. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif.

7. Hukuman

Hukuman sebagai bentuk motivasi yang negatif, tetapi kalau diberikan secara bijak dapat menjadi alat motivasi yang baik.

8. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan pada diri anak didik sehingga hasilnya akan lebih baik pula.

9. Minat

Minat muncul karena ada kebutuhan. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat yang kuat.

10. Tujuan yang Diikuti

Rumusan yang diikuti dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk belajar.

Sementara itu Nasution (1986 : 85) mengemukakan beberapa petunjuk singkat dalam rangka upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa di sekolah, antara lain :

1. Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, motif mempunyai tujuan, makin jelas tujuan, makin kuat motivasi.
2. Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyuman yang menggembirakan suasana.
4. Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran. Anak-anak ingin aktif.
5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.
6. Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Sebaiknya biarlah hasil baik dalam pekerjaan merupakan hadiah bagi anak.
7. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.
8. Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.
9. Hasil buruk apalagi kalau terjadi berulang-ulang akan mematahkan semangat.
10. Hargailah pekerjaan murid.
11. Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan kesan bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya.


2. Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Anak

Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum 1995, pengertian guru mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah “Guru adalah perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Guru sebelum proklamasi secara umum diartikan sebagai “seseorang yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan kegiatan penyampaian ajaran kepada orang lain”. Sesudah kemerdekaan guru diartikan sebagai “warga negara Indonesia yang diangkat pemerintah RI sebagai pegawai negeri yang diberi tugas untuk mengajar”.

Demikian beberapa batasan guru yang pada intinya bahwa guru adalah seorang panutan bagi siswa yang bertugas mengajar dan mendidik siswanya agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak.

Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55).

Adapun syarat-syarat bagi guru pada umumnya, termasuk di dalamnya guru agama, telah tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 Bab X Pasal 15 yang berbunyi :

“Syarat utama menjadi guru selain ijazah dan syarat-syarat lain mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pengajaran”. (Zuhairini, 1983 :35).

Dari batasan tersebut dapat dijabarkan bahwa untuk menjadi guru kelas harus mempunyai syarat-syarat :

* Mempunyai ijazah formal

* Sehat jasmani dan rohani, dan

* Berakhlak yang baik.

Bagi guru agama, disamping harus memiliki syarat-syarat tersebut masih ditambah dengan syarat-syarat lain yang oleh Direktorat Pendidikan Agama telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin.
2. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik pada anak didiknya).
3. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang pada anak didiknya dan ikhlas jiwanya.
4. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktik dan metodik
5. Mnegtahui pendidikan agama.
6. Tidak mempunyai cacat rohaniah dan jasmaniah dalam dirinya. (Zuhairini, 1983 : 36).

Sementara itu Zakiah Darajat (1992 : 40) mengemukakan sebagai berikut : “Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memiliki tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertaqwa kepada Alloh, berilmu, sehat jasmaniah, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional”.

Di Indonesia pembelajaran pendidikan prasekolah lebih bersifat akademik, di mana anak lebih banyak duduk di bangku dan harus tertib seperti di sekolah. Jarang guru memberikan kesempatan kepada anak untuk berksplorasi, mengekspresikan perasaannya, dan melakukan sendiri apa yang mereka minati, sampai menemukan pemecahan masalah sendiri.

Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran dalam rangka pembentukan karakter anak, antara lain :

1. Guru berperan sebagai pengajar

Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan kurikulum tanpa melihat minat anak. Semua anak dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai informasi tanpa melihat perbedaan bahkan meski anak tidak berminat pun guru harus tetap menyampaikan apa yang sudah dugariskan dalam kurikulum tersebut.

2. Guru berperan membelajarkan anak

Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal ini anak dapat dengan leluasa mengekspresikan apa saja yanga ada dalam pikirannya. Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan yang efektif dan terbaik karena anak dapat berkembang secara utuh (Tini Sumartini, 2005 :47)

Pada umumnya guru dalam menunaikan tugas-tugas mengajar akan menghadapi bermacam-macam kesulitan, lebih-lebih guru-guru agama yang baru menunaikan tugas. Zuhairini (1986 : 38) mengemukakan kesulitan yang dialami oleh guru pada umumnya yaitu :

1. Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individu murid yang disebabkan oleh perbedaan IQ-nya, perbedaan wataknya, dan perbedaan latar belakang kehidupannya. Dalam mengatasi hal ini guru tidak boleh terlalu terikat pada perbedaan individu, tetapi guru harus melihat anak didik dalam kesamaannya secara klasikal, walaupun keadaan individu anak pun harus mendapat perhatian.
2. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan anak yang menghadapinya.
3. Kesulitan dalam memilih metode yang tepat. Untuk menghadapi hal tersebut guru harus bersedia untuk mencoba bermacam-macam metode, kemudian membandingkan hasilnya yang dianggap lebih berhasil.
4. Kesulitan dalam memperoleh alat-alat pelajaran dan alat atau bahan bacaan.
5. Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kesulitan dalam mengadakan rencana yang telah ditentukan, karena kadang-kadang kelebihan waktu dan kadang-kadang kekurangan waktu.

Demikian beberapa kesulitan yang dialami oleh guru pada umumnya, belum lagi ditambah dengan adanya peran ganda terutama guru Sekolah Dasar, yakni sebagai guru bidang studi juga sebagai guru kelas yang mengelola kelas tertentu dan mengajarkan berbagai bidang pelajaran. Namun demikian guru hendaknya dapat mengatasi permasalahan tersebut walupun kadang-kadang diluar kemampuannya. Hendaklah kesulitan tersebut jangan dijadikan alasan untuk tidak efektifnya kegiatan belajar mengajar.

Selain guru, peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak. Melalui berbagai komunikasi serta interaksi dengan orang tua akan terbentuk sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan anak, seperti halnya dengan kebudayan. Kebudayaan (culture) secara tidak langsung ikut mewarnai situasi, kondisi ataupun corak interaksi di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor agama juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya adalah anak mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di tempat yang biasa dilakukan oleh orang tuanya.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah pendidikan keluarga. Maka dari itu sekolah mempunyai peranan penting untuk meneruskan dasar-dasar pendidikan keluarga. Pada umumnya sekolah merupakan tempat anak didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman, pengetahuan, keterampilan sehingga anak didik akan mendapat bekal hidup kelak bekerja di lingkungan masyarakat luas.

Yang harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak misalnya anak yang terdidik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa akan cenderung menjadi manusia yang religius pula.

DAFTAR BACAAN

Drs. M. Solehuddin, M.Pd., MA. (1997) Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Depdikbuk. IKP Bandung.

Dra. Jojoh Nurdiana, dkk.(2005) Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, materi Penataran Tertulis Program Terakreditasi Guru TK, Bandung

Tini Sumartini, S.Pd. (206). Perkembangan Belajar Anak Usia Prasekolah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis, Bandung

Related Post



0 komentar:

Ubah Bahasa


English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pengunjung

msn spaces stats

Yang Berkunjung

free counters

Yang Lagi Online

Yang Online Hari ini

Facebook

 

Reader Community

Galery Photo