Pendapat tersebut disampaikan oleh dua orang nara sumber yang berbeda profesi dan latar belakang, dalam acara talkshow pendidikan, Sabtu (9/7), di gedung pertemuan Jati Indah. Kegiatan dengan tema ”Mendidik anak dengan motivasi dan keteladanan”, di selenggarakan oleh BMT Binamas, menghadirkan dua orang nara sumber. Yaitu Budi Setiadi, seorang pekerja pasar yang mampu menyekolahkan anak-anknya hingga ke luar negeri. Sedangkan pembicara kedua, Sus Budiarto SPi MSi, dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Dalam buku autobiografinya “Menembus Batas”, Budi Setiadi, diantaranya memuat kisah hidupnya sebagai seorang pegawai honorer tukang menarik bea pasar, di pasar Klewer Surakarta. Gajinya hanya sekitar Rp 450.000, untuk membiayai hidup keluarganya dan pendidikan dengan 6 orang anak. Dengan segala keterbatasnnya, namun ia mampu memberikan yang terbaik untuk pendidikan anaknya. Melalui kepercayaan dan berserah diri kepada ALLAH SWT, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang strata-2.
Anak pertama, saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 di Jerman. Anak kedua, di Tehnik Mesin ITB. Anak ketiga, Tehnik Geodesi UGM. Anak ke empat, Psikologi UGM. Anak kelima di Madrasah Tsanawiyah, dan yang bungsu duduk di sekolah dasar. Namun semua anaknya selalu meraih ranking pertama di sekolahnya. Pada kesempatan tesebut, ia memberikan tip dalam mendidik anak-anaknya.
Dikemukakan oleh Budi Setiadi, bahwa anak perlu motivasi dan ketauladanan. Kita jangan sekali-kali menyalahkan bahkan memvonis si anak salah. Karena dengan tindakan tersebut, si anak akan minder dan takut untuk melakukan tindakan, demikian seterusnya. Namun sebaliknya, bila anak diberi dorongan, maka ia akan semakin pecaya diri.
Ia mengakui tiap anak mepunyai karakter yang berbeda-beda, kendati satu keluarga. Dengan demikian, kemampuan anakpun akan berbeda-beda pula. Pada anak usia dini, ia menyarankan agar anak diberi kebebasan untuk bermain, sesuai keinginannnya. “Alangkah baiknya pada usia tersebut memilih sekolah yang memiliki alat permainan yang banyak. Karena dengan bermain, dengan sendirinya akan mengisi memori anak,” sarannya.
Menyinggung keterbatasan biaya, ia yakin selama kita berserah diri, ada jalan keluarnya. Apalagi sekarang banyak beasiswa yang diberikan kepada masyarakat. Dalam bukunya, ia mengajak agar masyarakat kurang mampu termotivasi bisa menembus batas kemampuannya.
Pembicara lain, Sus Biarto SPi MSi, lebih mengamini pendapat pembicara pendahulunya. Ia menekankan agar anak pada usia dini lebih diberi keleluasaan untuk bermain. Untuk memberikan pendidikan kepada anak, ia lebih menekankan pada pemberian motivasi dan ketauladanan. Selaku orang tua hendaknya memberikan contoh baik kepada anak. Dengan demikian, anaknya akan mencontoh perilaku orang tuanya.
“Sebagai orang Muslim, kita contoh sosok Nabi Muhammad. Sosok nabi bisa dicontoh dari segi fisiknya, juga bisa dicontoh perilakuya. Jangan anak disuruh belajar, sementara orang tuanya tidak memberi perhatian,” pesannya.Sumber : Disini