Selasa, 29 November 2011
Menjelang Ujian Nasional 2011
Pada Ujian Nasional sebelumnya, sejak pertama di gelar pada tahun 2003, nilai kelulusan Ujian Nasional bersifat mutlak 100 % tanpa melibatkan kontribusi nilai sekolah. Hal ini bagi para guru seringkali dianggap merugikan, karena proses belajar peserta didik selama berada di bangku sekolah diabaikan. Pun bagi peserta didik. Tak jarang dalam sebuah sekolah, peserta didik yang berprestasi justru tidak lulus Ujian Nasional, sedangkan peserta didik yang ’sering bermasalah’ dalam proses pembelajaran justru lulus dengan nilai yang sungguh menakjubkan! Sistem yang demikian akhirnya menyulut timbulnya kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Baik kecurangan secara terkoordinir institusional (pihak sekolah), maupun individual (peserta didik). Ketakutan akan kegagalan dalam Ujian Nasional yang membuat pihak-pihak tersebut menempuh cara yang tidak semestinya.
Dalam lampiran POS UN 2011 yang dikeluarkan BSNP, untuk tahun ini, penilaian akhir kelulusan didasarkan pada nilai raport, nilai Ujian Sekolah dan nilai Ujian Nasional. Mekanismenya adalah dengan menghitung rata-rata nilai raport per mata pelajaran pada semester 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMP/MTs, dan semester 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMA/MA/SMK. Rata-rata nilai raport ini kemudian digabung dengan nilai Ujian Sekolah dengan komposisi 40% nilai raport + 60% nilai Ujian Sekolah. Hasil komposisi ini menjadi Nilai Sekolah (NS), yang nantinya digabung dengan nilai Ujian Nasional (NUN) dan menjadi Nilai Akhir (NA). Nilai Akhir dihitung berdasarkan rumus 40% NS + 60% NUN. Ketentuan mengenai penentuan nilai kelulusan tahun ini dianggap lebih berpihak pada peserta didik, pendidik dan lembaga pendidikan, karena memperhitungkan proses selama peserta didik tersebut berada di bangku sekolah.
Penyerahan nilai sekolah dari tiap sekolah sudah mulai dilaksanakan dari pertengan bulan Maret ini, baik dengan cara online maupun offline. Jika cara online setiap sekolah memasukkan nilai peserta didik per mata pelajaran pada situs yang telah ditentukan pihak Dinas Pendidikan Propinsi, sedangkan cara offline dengan memanfaatkan software penilaian yang dibagikan ke setiap sekolah untuk diisi dengan nilai para peserta didik yang kemudian diserahkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota akan diteruskan ke propinsi. Perbedaan penyerahan hasil penilaian sekolah ini tergantung pada kebijakan dari tiap-tiap pemerintah daerah.
Perubahan lainnya dalam pelaksanaan Ujian Nasional kali ini berkaitan dengan paket soal yang diterima peserta ujian. Dalam POS UN 2 tahun sebelumnya, di dalam lampiran POS dicantumkan secara detail mengenai denah duduk peserta dan paket soal yang diterima. Pada UN 2009 dan UN 2010 terdapat dua paket soal yang berbeda per mata pelajaran. Lampiran POS UN 2011 tidak lagi mencantumkan denah duduk peserta maupun paket soal yang diterima. Tapi berdasarkan Juklak yang diterima pihak sekolah, Ujian Nasional tahun ini terdiri atas lima paket soal per mata pelajaran dengan denah pembagian soal membentuk garis diagonal.
Apapun perubahan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini oleh BSNP, tentunya dengan harapan agar pelaksanaan Ujian Nasional kali ini menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Kecurangan-kecurangan baik yang dilakukan secara institusional maupun individual tidak lagi dilakukan dalam pelaksanaan Ujian Nasional kali ini. Jika saja pelaksanaan Ujian Nasional ini terselenggara secara jujur, tanpa ditunggangi kepentingan-kepentingan pihak tertentu, dan tanpa tekanan-tekanan yang menakutkan karena digunakan sebagai penentu kelulusan, manipulasi nilai tentunya tidak akan terjadi. Meskipun dengan konsekuensi terpahit, yaitu, mungkin dengan kenyataan rendahnya nilai Ujian Nasional di Indonesia. Tapi jika demikian faktanya, kenapa harus ditutupi? Toh, seharusnya rendahnya nilai Ujian Nasional bisa dijadikan alat ukur kualitas pendidikan baik dari tingkat terendah (sekolah) hingga tertinggi (pemerintah pusat).
Selama ini belum ada follow up berkaitan dengan hasil Ujian Nasional yang cukup berarti. Bukankah akan lebih baik jika Ujian Nasional dijadikan sebagai bahan kajian oleh semua pihak? Mengapa sekolah A hasil Ujian Nasionalnya rendah?Apakah guru-gurunya sudah memenuhi kualifikasi akademik seluruhnya?Apakah sarana di sekolah tersebut sudah terpenuhi sesuai standar kelayakan yang ada?Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya? Jangan lupa, kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh pola pembelajaran antara guru dan siswa saja, tetapi oleh banyak hal seperti yang disebutkan di atas.
Bukan suatu rahasia lagi apabila sekolah-sekolah di Indonesia masih banyak yang sangat jauh dari standar kelayakan. Guru yang berlatar belakang Ekonomi misalnya, harus mengajar pelajaran Fisika karena tak ada tenaga pendidik yang sesuai latar belakang akademiknya di sekolah tersebut. Hebat dan sekaligus ironis sekali bukan? Jangankan alat-alat laboraturium yang cukup mahal, gedung laboraturium, perpustakaan, buku-buku penunjang, masih banyak yang tidak memilikinya. Sekolah-sekolah minim fasilitas dan minim sumber daya manusia ini harus bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan dalam Ujian Nasional. Peserta didiknya diminta mengerjakan soal-soal ujian dengan tingkat kesulitan yang sama. Adilkah?
Ujian Nasional akan lebih berarti, dan tidak hanya sebagai momok menakutkan bagi peserta didik, pendidik dan lembaga pendidikan, jika dapat digunakan sebagai bahan refleksi oleh berbagai pihak, khususnya pemerintah. Entah itu pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Jika standarisasi nilai ingin diberlakukan sebagai penentu kelulusan, tentunya kembali pada keseriusan pemerintah untuk membenahi segalanya. Pembenahan fisik, sumber daya manuasia, maupun pembenahan sistem. Pertanyaannya, akankah pelaksanaan Ujian Nasional 2011 menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik? Semoga!
Sumber : Sini
Minggu, 10 April 2011
ASI untuk Otak, Susu Sapi untuk Otot
Saat ini masih sedikit bayi yang bisa mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, beberapa bayi justru diberikan susu formula yang terbuat dari susu sapi. Padahal ASI itu untuk otak sedangkan susu sapi untuk otot.
Kandungan dari susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Pada susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi yaitu 3,4 persen, sedangkan susu manusia hanya 0,9 persen. Kadar laktosa di dalam susu manusia lebih besar yaitu 7 persen sedangkan di dalam susu sapi sebesar 4,8 persen.
"Karena itu ASI untuk otak dan susu formula untuk otot," ujar dr IGAN Pratiwi selaku Ketua Satgas ASI IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam acara seminar tentang Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi dalam Mendukung MDGs di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (29/3/2011).
Dokter yang akrab disapa Tiwi ini menuturkan laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin ini berfungsi untuk mengantarkan rangsangan yang diterima oleh bayi. Saat menyusu rangsangan yang diterima oleh si kecil seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang ibu.
Sedangkan pada susu sapi kandungan yang paling tingginya adalah protein yang berfungsi membantu pembentukan otot karena sapi memang membutuhkan otot yang kuat seperti untuk bergerak atau membajak sawah.
dr Tiwi menuturkan laktosa yang tinggi pada bayi yang baru lahir kadang bisa menyebabkan diare, tapi kondisi ini merupakan suatu hal yang normal atau fisiologis sehingga ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI.
"Jika diare disebabkan oleh fisiologis, maka berat badannya tidak akan turun. Jadi selama berat badannya tidak berkurang, ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI dan normalnya bayi bisa buang air besar sebanyak 10-15 kali sehari," ungkapnya.
Selain itu AA dan DHA yang terkandung di dalam ASI juga dilengkapi dengan enzim lipase sehingga bisa dicerna oleh tubuh bayi, sedangkan pada susu formula memang ada AA dan DHA tapi tidak ada enzimnya. Hal ini karena enzim lipase baru dibentuk saat bayi berusia 6-9 bulan.
Manfaat lain dari ASI yang tidak didapatkan dari susu formula adalah kandungan kolostrum yang keluar di awal-awal menyusu. Kolostrum yang keluar saat bayi menyusu mengandung 1-3 juta leukosit (sel darah putih) dalam 1 ml ASI.
"Jadi kalau ada yang bening-bening sedikit yang keluar dari payudara jangan diremehkan, karena itu mengandung leukosit yang bisa bermanfaat membunuh bakteri di dalam tubuh bayi," ujar dokter yang berpraktek di RS Buda Jakarta.
Ia juga mengatakan keberhasilan ibu menyusui untuk terus memberikan ASI pada bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerjanya.
"Menyusui merupakan suatu proses keseimbangan yang melibatkan tiga orang yaitu ibu, bayi dan ayahnya. Karena itu peran ayah sangat berarti dalam hal keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau sampai 2 tahun," ujar dr Utami Roesli SpA, MBA, IBCLC.
Karena itu dr Utami menuturkan bahwa seorang ayah juga punya power (kekuatan) untuk menyehatkan anaknya dan berperan dalam proses menyusui (breastfeeding father).Sumber : Disini
Anak Sekolah Sejak Usia Dini
Tidak sedikit orangtua yang menolak menyekolahkan anak-anak mereka sejak usia dini. Padahal menurut pakar pendidikan, menyekolahkan anak sejak dini adalah investasi terbaik orangtua. Mengapa?
Profesor Sandralyn Brynes mengungkapkan ada banyak kelebihan dimiliki anak-anak yang masuk sekolah sejak usia dini. Anak-anak ini pastinya selangkah lebih maju ketimbang yang tidak mendapatkan hal tersebut.
Berikut ini kelebihan anak-anak yang masuk sekolah sejak dini menurut penyandang gelar Australia and International Teacher of the Year itu:
- Independen atau mandiri
- Punya percaya diri
- Berani mengambil risiko
- Punya rasa ingin tahu
- Memiliki ide-ide dan bisa mengembangkan ide-idenya tersebut
- Bisa menyesuaikan diri dengan cepat
- Mudah bersosialisasi
Lantas bagaimana anak-anak yang tidak masuk sekolah sejak dini? "Anak-anak yang masuk sekolah sejak dini, ketika masuk sekolah dasar sudah siap belajar dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya itu. Sedangkan yang tidak, mereka butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri dan memiliki kelebihan tersebut," jelas Sandra yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia dan melakukan penelitian tentang pendidikan usia dini.
Kepala Sekolah di Royal Tots Academy, Kuningan itu menjelaskan pendidikan anak di usia dini adalah pendidikan yang sangat berpengaruh untuk anak. Dalam pendidikan usia dini, anak-anak diberi bekal melalui berbagai permainan.
"Lewat bermain ini mereka belajar bagaimana mencari solusi, menyelesaikan masalah, memenuhi kewajiban mereka. Malah di beberapa lembaga pendidikan, anak diajarkan beberapa bahasa," tutur kepala sekolah
Ditambahkan anak-anak sekarang sebaiknya jangan disamakan dengan masa anak-anak orangtua mereka. "Kita tidak bisa mengukurnya pada zaman kita. Dulu kita berpikir anak-anak seharusnya banyak bermain. Namun realitanya, pendidikan yang sebenarnya dimulai dari 0-5 tahun karena inilah periode pembelajaran terjadi di otak anak," urainya.
Sumber : Disini
Selasa, 29 Maret 2011
BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN ITU MENYENANGKAN
”Belajar matematika itu sulit…menyeramkan…” Begitulah anggapan beberapa orang. Meski tidak semua orang beranggapan demikian, namun banyak di antaranya yang mengeluhkan sulitnya mempelajari matematika. Apalagi, bagi anak-anak usia sekolah tingkat dasar terutama peserta didik pada kelompok belajar (Kejar) Paket A. Terlebih lagi bila mereka memperoleh nilai di bawah rata-rata. Semangat untuk belajar cenderung menurun. Hal ini akan terus berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya. Maka sepanjang masa pendidikan, mereka menganggap matematika menjadi pelajaran paling menyeramkan. Guna menepis anggapan negatif tersebut perlu ditanamkan pemahaman bahwa belajar matematika itu menyenangkan dan dapat dilakukan melalui permainan.
Belajar Matematika itu Menyenangkan
Menurut Djamarah (2002), belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa akibat masuknya kesan-kesan yang baru sehingga membawa perubahan tingkah laku seseorang. Dengan demikian belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Hudojo (1988:3) mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal tersebut berdampak pada terjadinya proses belajar matematika.
Belajar matematika itu menyenangkan merupakan salah satu aspek yang ingin diwujudkan melalui metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Agar proses belajar matematika dapat berlangsung menyenangkan, ada beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau persepsi negatif terhadap matematika yaitu:
1. Pembelajaran matematika dikemas dengan berorientasi pada lingkungan sekitar. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah RME (Realistic Mathematic Education) yaitu dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas peserta didik. Peserta didik diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah dialaminya, misalnya tentang uang jajannya, jadwal keberangkatan kereta api, dan lain-lain.
2. Pembelajaran di luar ruangan.
Pembelajaran di luar ruangan merupakan variasi strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar secara langsung, sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar. Pilihlah topik yang sesuai, misalnya mengukur tinggi pohon, diameter pohon, panjang daun, menghitung jumlah kendaraan yang lewat dan lain sebagainya.
3. Menuntaskan materi.
Ada keyakinan sebagian filosof dan pakar pendidikan bahwa “peserta didik lebih baik mempelajari sedikit materi sampai tuntas daripada belajar banyak namun dangkal”. Jadi, pendidik harus berupaya menuntaskan peserta didik dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya agar tidak terjadi miskonsepsi yang akan membelenggu peserta didik dalam belajar matematika.
4. Belajar sambil bermain.
Bagi kebanyakan peserta didik, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, sehingga mereka kurang termotivasi, cepat bosan, dan lelah. Untuk mengatasi hal tersebut pendidik dapat melakukan berbagai inovasi pembelajaran, misalnya memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, membuat puisi matematika dan peserta didik mendeklamasikannya di depan kelas secara bergantian, membuat syair lagu tentang materi matematika, memberikan permainan di kelas, dan sebagainya tergantung kreativitas pendidik.
- Mensinergikan hubungan pendidik, peserta didik dan orangtua.
Diakui atau tidak, banyak orangtua kurang memperhatikan perkembangan dan kesulitan belajar anak di kelompok belajar. Orangtua tidak mau tahu perkembangan belajar anak-anaknya, yang penting nilainya bagus. Oleh karena itu sinergisitas hubungan antara pendidik-peserta didik, orangtua-anak dan anak, dan orangtua-pendidik di berbagai kesempatan perlu ditingkatkan. Orangtua memantau kesulitan belajar anaknya dengan cara berkonsultasi dengan pendidik secara rutin. Sebaliknya pendidik menginformasikan perkembangan peserta didik yang sebenarnya kepada orangtua.
Permainan Matematika
Salah satu karakateristik peserta didik Kejar Paket A adalah gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Melihat sifat khas ini maka sangat tepat jika dalam penyampaian materi pelajaran pendidik menggunakan metode permainan. Permainan dengan membentuk tim lebih baik daripada permainan yang dilakukan secara individu, mereka memberikan kesempatan pada teman-teman satu tim untuk saling membantu. Jika tim terdiri dari peserta didik yang mempunyai kemampuan berbeda dan dicampur, maka semuanya mempunyai kesempatan untuk sukses. Mayke dalam Sudono (2000 : 3) mengemukakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah proses pembelajaran terjadi, melalui permainan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik.
Dalam suatu proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, peserta didik dapat memanfaatkan seluruh alat inderanya. Pendidik berupaya untuk menimbulkan rangsangan/stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang dapat digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan (long term memori) sehingga dapat dengan mudah menerima dan menyerap pesan-pesan yang diberikan.
Banyak permainan yang dapat dijadikan sebagai media belajar, diantaranya:
Perburuan/pencarian sesuatu dengan buku. Permainan ini mengajarkan perhitungan dan urutan nomor (pertama, kedua, ketiga, …). Idenya adalah anak-anak membacakan jawaban berupa sebuah kalimat atau dua kalimat atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Contoh pertanyaan ”Carilah halaman yang tiga puluh kurangnya dari tujuh puluh empat dan temukan kata ke-8 dalam paragraf ketiga dari akhir halaman”
Mencari arah. Permainan ini dilakukan di luar ruangan dan menggunakan sebuah keset kaki dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata, sedangkan yang lainnya akan memberikan petunjuk arah untuk pasangannya seperti berapa langkah kaki untuk maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri.
Permainan papan.
Ada banyak permainan matematika dalam bentuk permainan papan, antara lain ular tangga, monopoli dan sebagainya.
Melalui permainan rakyat misalnya permainan congklak atau dakon. Seorang guru sekolah dasar asal Bangli menjadi jawara dalam Festival Sains Indonesia dalam kompetisi guru Matematika dengan menggunakan dakon untuk menanamkan konsep Faktor Persekutuan Terbesar.
Permainan jual-beli misalnya untuk mempelajari materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Permainan berhitung menggunakan jari.
Permainan yang menggunakan kartu, misalnya untuk mengenalkan konsep dan pemahaman peserta didik Kejar Paket A khususnya terhadap pokok bahasan pecahan. Konsep yang dapat dipahami yaitu mengenal berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa dan pecahan desimal), pecahan senilai, menjumlahkan pecahan, serta membandingkan nilai pecahan (lebih dari dan kurang dari). Alat permainan yang dimaksud berupa kartu-kartu yaitu domino pecahan dan kartu pecahan. Domino pecahan dimainkan seperti domino biasa yaitu menyusun angka-angka pecahan yang senilai. Sedangkan Kartu pecahan dimainkan seperti kartu joker. Untuk mempermudah pemahaman peserta didik terhadap permainan materi pecahan dipersiapkan juga daftar angka-angka pecahan (pecahan biasa dan pecahan desimal).
Setelah pendidik menjelaskan materi pelajaran, peserta didik diarahkan untuk melaksanakan permainan. Kemudian peserta didik melaksanakan permainan sesuai dengan petunjuk pada permainan. Di akhir permainan ada pemberian hukuman/penghargaan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Selanjutnya pendidik dapat memberikan soal-soal latihan ataupun tugas mandiri dan tes penilaian hasil belajar untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.
Permainan menebak tanggal lahir orang lain. Caranya: mintalah ia mengalikan tanggal lahirnya dengan 5; hasilnya lalu ditambahkan dengan 6; kemudian hasilnya dikalikan dengan 4; hasilnya lalu ditambahkan dengan 9; kemudian dikalikan dengan 5 dan hasilnya tambahkan dengan bulan kelahirannya (Januari=1, Februari=2, dst); selanjutnya mengurangkan hasilnya dengan 165 untuk memperoleh hasilnya.
Permainan komputer online. Para peneliti di London, Inggris, meyakini games seperti World of Warcraft dan Second Life dapat digunakan sebagai sarana edukasi.
Belajar matematika melalui permainan dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik serta menepis anggapan matematika itu sulit dan menyeramkan bahkan sebaliknya, belajar matematika itu mudah dan menyenangkan. Untuk itu, dituntut kreativitas pendidik dalam menyajikan/menyampaikan materi. Tak kalah pentingnya bagi orangtua agar turut berperan membantu anaknya belajar dengan cara yang menyenangkan.
Oleh : Dewi Gustini, S.Si.
Sumber: BPPNFI Regional 1 Medan
Dipopulerkan oleh:http://www.pnfi.kemdiknas.go.id
Jumat, 18 Maret 2011
Jumat, 18 Februari 2011
PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Kamis, 10 Februari 2011
Soal UASBN 2011
Download Links Latihan Soal UN SD 2011 - Paket 1, silakan bisa Anda ambil disini
Download Links Latihan Soal UN SD 2011 - Paket 2, silakan bisa Anda ambil disini
Download Links Latihan Soal UN SD 2011 - Paket 3, silakan bisa Anda ambil disini
Download Links Latihan Soal UN SD 2011 - Paket 4, silakan bisa Anda ambil disini
Download Links Latihan Soal UN SD 2011 - Paket 5, silakan bisa Anda ambil disini
Rabu, 09 Februari 2011
Bagaimana Menjadi Guru yang Baik?
Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.
Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.
Senin, 31 Januari 2011
Tips Menghadapi Ujian Nasional
Ujian Nasional tinggal menghitung hari, sudah tidak perlu lagi kita berdebat tentang legalitas pelaksanaannya karena suka tidak suka Ujian Nasional tetap diselenggarakan pemerintah. Seperti kita ketahui bersama Mahkamah Agung (MA) melarang pemerintah melaksanakan Ujian Nasional. MA menolak kasasi gugatan Ujian Nasional yang diajukan pemerintah. Dengan putusan ini, membawa konskwensi Ujian Nasional dinilai cacat hukum dan pemerintah dilarang menyelenggarakan Ujian Nasional.
Ujian Nasional masih di anggap monster yang menakutkan bagi sekolah, anak dan orang tua. Berkaitan dengan itu, penulis ingin berbagi pengalaman menghadapi Ujian Nasional.dengan beberapa tips dibawah ini
PRA UJIAN NASIONAL
Sebenarnya penulis (saat SMA) tergolong siswa yang malas belajar, hal ini dikarenakan sambil bekerja informal untuk memenuhi kebutuhan perut. Saat pembagian rapor semester pertama kelas III, prestasi belajar penulis menurun padahal selama itu menduduki ranking pertama (sedikit sombong dech.). Dengan kesadaran penuh, penulis berusaha untuk mengembalikan prestasi dengan jalan mewajibkan diri belajar selama 1,5 - 2 jam sehari. Ini tips ke satu, disiplin membagi waktu
Langkah selanjutnya, penulis memfoto copy soal-soal Ujian Nasional terdahulu dan sedikit meyisihkan uang untuk beli buku kumpulan soal-soal Ujian Nasional di pasar loak. Penulis menargetkan satu bulan sudah menguasai semua soal-soal dan cara penyelesaiannya, jika ada yang tidak dimengerti penulis bertanya kepada guru tanpa malu-malu. Ini tips ke dua, memperbanyak latihan soal
Dan yang tidak kalah pentingnya berdoa baik setiap sebelum dan sesudah belajar, bila kondisi memungkinkan shalat malampun penulis lakukan, memohon kepada sang khalik agar diberi kekuatan untuk dapat menempuh ujian dengan baik dan mencapai prestasi terbaik Ini tips ke tiga, berdoa.
HARI H UJIAN NASIONAL
Bila tiba saatnya pelaksanaan Ujian Nasional. penulis mempersiapkan semua alat tulis yang dibutuhkan dengan mempersiapkan semua perlengkapan ini membantu penulis untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian Ini tips ke satu persiapan yang matang
Sedikit narsis, artinya penulis dengan keyakinan penuh sudah siap sedia dan akan mampu melahap semua soal Ujian Nasional dengan baik. Ini tips ke dua tenang dan percaya diri.
Setelah bel berbunyi tanda pengerjaan soal dimulai, penulis memulai dengan menjawab pertanyaan yang mudah dan selanjutnya mengerjakan soal yang sulit Ini tips ke tiga, menjawab soal-soal ujian secara strategis.
Bila seluruh pertanyaan talah terselesaikan, penulis selalu memeriksa ulang jawaban, dan mengendapkan keinginan untuk segera meninggalkan kelas Ini tips ke empat, menyisihkan waktu untuk memeriksa ulang jawaban
Setelah penulis melakukan kiat-kiat diatas, ternyata hasilnya sangat efektif, prestasi yang sempat menurun dapat penulis raih kembali dengan mendapatkan NEM tertinggi di sekolah
SELAMAT MENCOBA
Sumber : Disini