Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

New Articles

1 2 3 4 5 6 7 8

Kamis, 25 Februari 2010

Manusia Holistik

A. Pengertian Manusia Sevagai Manusia Holistik

Manusia dipandang sebagai manusia yang holistik maksudnya dalam memandang manusia itu tidak hanya sebagian saja, akan tetapi secara menyeluruh yaitu manusia sebagai makhluk biologis, Psikologis, Sosial dan Sepiritual.

B. Ciri-ciri Manusia Holistik

1. Manusia sebagai makhluk biologis Sebagai makhluk biologis manusia mempunyai kaidah jasmaniah yang terpadu dengan sistem organik, yaitu : a. Masing-masing organ atau bagian tubuh manusia mempunyai fungsi b. Tunduk pada hakekat hukum alam, yang berarti manusia melalui tingkatan-tingkatan seperti : Lahir – berkembang – tua – dan pada akhirnya akan mati

2 Sebagai makhluk hidup yang mempunyai jiwa (Psikologis) Manusia dipengaruhi oleh perasaan dan kata hatinya, manusia mempunyai dasar pikir karena mempunyai intelegensi atau akal

3. Sebagai makhluk sosial Manusia dilahirkan, hidup ditengah-tengah masyarakat dengan norma serta sistem nilainya Manusia adalah anggota keluarga, masyarakat dan dunia Manusia mempunyai peranan yang harus ia sumbangkan untuk kepentingan dirinya maupun masyarakat

4. Sebagai makhluk dengan dasar sepiritual Manusia memiliki keyakinan dan kepercayaan Manusia mengakui adanya Tuhan YME dan menyembahnya

Manusia sebagai makhluk yang unik dan merupakan makhluk bio-psiko-sosial-kultural mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembanganya. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama tetapi ada kalanya satu kebutuhan lebih penting dari pada kebutuhan yang lainya.

Read More...

Pengertian Holistik

Holistik adalah saduran kata dari bahasa Inggris yaitu “Holistic” yang menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya.

Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka mempunyai arti layanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual mendapat perhatian yang seimbang.

Kembali pada hakekat penciptaan, Tuhan menciptakan manusia itu tidak hanya memperhatikan fisiknya saja, atau mentalnya saja, atau sosialnya saja atau bahkan hanya spiritualnya saja. Tetapi utuh. Keutuhan ciptaan Allah kepada manusia ini yang kemudian menjadi background dikembangkanya pelayanan pastoral kepada manusia.

Maka dalam ilmu kedokteran sekarang ini, seorang dokter tidak bisa hanya memberikan kesembuhan sebatas aspek fisiknya saja, tetapi mereka sudah mulai diperlengkapi dengan pemahaman tentang kesembuhan secara total.

Lihat saja….jika kita masuk di bilik-bilik rumah sakit, kebanyakan sudah ada satu pelayanan yang dikembangkan yaitu pelayanan pastoral. Supaya perawatan yang diberikan meliputi keempat aspek yang ada dalam diri manusia. Si pasien tidak hanya sembuh secara fisik tetapi secara mental, social dan spiritualnya. Apalagi jika kita tahu bahwa latar belakang sakit yang diderita oleh seseorang bukan hanya karena penyakit fisik tetapi bisa karena beban hidup yang dialami.

Demikian pula jika kita ingin memberikan layanan kepada orang lain yang membutuhkan, kita perlu mendasarkan pelayanan kita kepada keutuhan empat aspek tersebut. Aspek fisik, mental, sosial dan spiritual.


Read More...

Pendidikan Holistik

Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru. Beberapa tokoh klasik perintis pendidikan holistik, diantaranya : Jean Rousseau, Ralph Waldo Emerson, Henry Thoreau, Bronson Alcott, Johann Pestalozzi, Friedrich Froebel dan Francisco Ferrer. Berikutnya, kita mencatat beberapa tokoh lainnya yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistik, adalah : Rudolf Steiner, Maria Montessori, Francis Parker, John Dewey, John Caldwell Holt, George Dennison Kieran Egan, Howard Gardner, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung, Abraham Maslow, Carl Rogers, Paul Goodman, Ivan Illich, dan Paulo Freire.

Pemikiran dan gagasan inti dari para perintis pendidikan holistik sempat tenggelam sampai dengan terjadinya loncatan paradigma kultural pada tahun 1960-an. Memasuki tahun 1970-an mulai ada gerakan untuk menggali kembali gagasan dari kalangan penganut aliran holistik. Kemajuan yang signifikan terjadi ketika dilaksanakan konferensi pertama pendidikan Holistik Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas California pada bulan Juli 1979, dengan menghadirkan The Mandala Society dan The National Center for the Exploration of Human Potential. Enam tahun kemudian, para penganut pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang dasar pendidikan holistik dengan sebutan 3 R’s, akronim darirelationship,responsibility danreverence. Berbeda dengan pendidikan pada umumnya, dasar pendidikan 3 R’s ini lebih diartikan sebagai writing, readingdanarithmetic atau di Indonesia dikenal dengan sebutan calistung (membaca, menulis dan berhitung).

Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).

Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya: (1) kesadaran; (2) kejujuran; (3) kebebasan atau kemandirian; dan (4) kepercayaan.

Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.

Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.

Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalahhomeschooling>, yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia.

Read More...

Ubah Bahasa


English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pengunjung

msn spaces stats

Yang Berkunjung

free counters

Yang Lagi Online

Yang Online Hari ini

Facebook

 

Reader Community

Galery Photo